Rabu, 01 Mei 2013

Berhenti Sejenak

Tuhan, terkadang khayalku berjalan lebih cepat. Seperti tidak menyadari semua batas2 yg kumiliki. Dia berlari, menyambut mentari. Sering kulihat dia tertawa tawa, indah sekali sepertinya disana. Tak sabar aku berjalan ingin cepat menyusulnya. Namun dasar diri yg lemah, terlalu lamban utk menggapainya.
Ahh tp sampai jg aku akhirnya, ternyata tempat yg kulihat kemarin hanya fatamorgana. Entah bagaimana hijau itu tak tersisa.
Sekarang entah kemana dia berlari, aku sedang mencari. Melihat ke sekitar, tak ada jg tanda dia. Terlalu gelap disini, mataku kabur. 
Tuhan, biarkanlah sejenak ku istirahat. Sekedar merenggangkan badan, mengecek perbekalan, mengatur arah kompas ini. Besok kan kutentukan arah tujuan. Tuhan kutau ini bukan akhir perjalanan. Aku pun tau Kau akan melindungi teman seperjalanan.
 

Tuhan, maafkan kami, ampuni kami, sayangi kami. Engkau lah pelindung kami.

Minggu, 15 Januari 2012

monolog

Tuan, apa yg terjadi? |
apa maksudmu?
well, seharian ini anda terlihat murung, bukankah ada yg sedang anda pikirkan, tuan? |
hmm.. *hening
Tuan, bilakah anda mau membaginya dengan seseorang, mungkin akan sedikit mengurangi beban anda itu |
*msh hening
Tuan, maaf kalo saya lancang menanyakannya, saya permisi tuan |
Tunggu!, duduklah disini menemaniku, sekedar menemaniku
Baik tuan

*lama mereka duduk tanpa berkata, sang tuan terlihat menghela nafas, terlihat ragu untuk berkata. matanya menerawang keluar jendela, mencoba melihat apa yg hatinya ingin lihat. lalu sang tuan pun kembali menghela nafas, mengumpulkan semua keberanian untuk membagi beban hatinya.

Senin, 26 September 2011

Hariwang


Hariwang, khawatir, cemas, dan atau was was punya arti kata yg sama. Hariwang itu bahasa sunda. Dan akhir2 ini sya merasakannya. Saya tau apa saya rasa ini terlalu berlebihan, kekhawatiran yg mungkin tidak perlu. Mungkin kalo pikiran sya sedang waras, sya akan menertawakan apa yg saya rasakan saat ini. Apa skrg sya tidak waras, sepertinya itu akan susah dijwb dalam kondisi seperti ini. Hanya saja, ketika kita pernah jatuh, kita akan lebih waspada dgn jalan yg kita lalui. Tapi ketika semua gelap, kita hanya bisa meraba-raba, dan hariwang.

Kamis, 15 September 2011

Kubirupupartend


Suatu malam, sebuah sungai, jembatan yg benderang, diantara tawa muda mudi yg memadu kasih, senandung gitar pengamen dadakan, dilindungi awan yg menyembunyikan rembulan. Sebuah akhir sudah diputuskan, akhir yg didahulukan sang kawan, akhir yg disembunyikan diantara teman. Kubiarkan semua mengalir diantara sungai, menuju laut, samudera, atau apapun yg Tuhan anggap benar.

Kamis, 14 Juli 2011

Surat Untuk Kawan

Assalamuallaikum, kawan..

Kawan, apa kabarmu disana? kuharap kau lebih baik daripada yang ku bayangkan. Melewati hari-hari yg dulu kau idamkan.
Kawan, hari ini aku lulus ujian sarjana. Harusnya aku bahagia, ini adalah penantian yang panjang dalam hidupku. Tanggung jawabku pada ibu.
Tapi kawan, aku teringat pada mu. Hari ini seolah ku melihatmu, merasakan kepedihanmu. Aku tak tau sekuat apa jiwamu, setegar apa hatimu. Aku berharap ada di sampingmu. Bukan untuk menegakkan pundakmu, dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Tidak kawan, aku sadar sekarang itu hanya ucapan klise. Tapi untuk menemanimu merenung, mengisi diam mu, melewati malam-malam terberat dalam hidupmu. Dan menyadarkanmu, bahwa masih ada aku, dia dan mereka, teman-teman mu yang peduli padamu.
Kawan, kau temanku, dia temanku, kita pernah berjuang bersama. Tertawa dan menang bersama. Aku tidak bisa menyalahkan siapapun diantara kalian.
Aku hanya bisa berdoa kawan, ya berdoa, semoga suatu hari kau tersenyum ketika melihat ke belakang, dan berkata, semua ini tidak sia-sia.

Bandung 14 Juli 2011.

Rabu, 11 Mei 2011

Surat Wasiat Charlie Chaplin


Ringkasan surat wasiat Charlie Chaplin kepada putrinya Geraldine Chaplin
Geraldine putriku, aku jauh darimu, namun sekejap pun wajahmu tidak pernah jauh dari benakku. Tapi kau dimana? Di Paris di atas panggung teater megah... aku tahu ini bahwa dalam keheningan malam, aku mendengar langkahmu. Aku mendengar peranmu di teater itu, kau tampil sebagai putri penguasa yang ditawan oleh bangsa Tartar.

Geraldine, jadilah kau pemeran bintang namun jika kau mendengar pujian para pemirsa dan kau mencium harum memabukkan bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah.

Duduklah dan bacalah surat ini... aku adalah Ayahmu. Kini adalah giliranmu untuk tampil dan menggapai puncak kebanggan. Kini adalah giliranmu untuk melayang ke angkasa bersama riuh suara tepuk tangan para pemirsa.

Terbanglah ke angkasa namun sekali-kali pijakkan kakimu di bumi dan saksikanlah kehidupan masyarakat. Kehidupan yang mereka tampilkan dengan perut kosong kelaparan di saat kedua kaki mereka bergemetar karena kemiskinan. Dulu aku juga salah satu dari mereka.

Geraldine putriku, kau tidak mengenalku dengan baik. Pada malam-malam saat jauh darimu aku menceritakan banyak kisah kepadamu namun aku tidak pernah mengungkapkan penderitaan dan kesedihanku.

Ini juga kisah yang menarik. Cerita tentang seorang badut lapar yang menyanyi dan menerima sedekah di tempat terburuk di London.

Ini adalah ceritaku. Aku telah merasakan kelaparan. Aku merasakan pedihnya kemiskinan. Yang lebih parah lagi, aku telah merasakan penderitaan dan kehinaan badut gelandangan itu yang menyimpan gelombang lautan kebanggaan dalam hatinya.

Aku juga merasakan bahwa urang recehan sedekah pejalan kaki itu sama sekali tidak meruntuhkan harga dirinya. Meski demikian aku tetap hidup.

Geraldine putriku, dunia yang kau hidup di dalamnya adalah dunia seni dan musik. Tengah malam saat kau keluar dari gedung teater itu, lupakanlah para pemuja kaya itu.

Tapi kepada sopir taksi yang mengantarmu pulang ke rumah, tanyakanlah keadaan istrinya. Jika dia tidak punya uang untuk membeli pakaian untuk anaknya, sisipkanlah uang di sakunya secara sembunyi-sembunyi.

Geraldine putriku, sesekali naiklah bus dan kereta bawah tanah. Perhatikanlah masyarakat. Kenalilah para janda dan anak-anak yatim dan paling tidak untuk satu hari saja katakan: "Aku juga bagian dari mereka".

Pada hakikatnya kau benar-benar seperti mereka. Seni sebelum memberikan dua sayap kepada manusia untuk bisa terbang, ia akan mematahkan kedua kakinya terlebih dahulu.

Ketika kau merasa sudah berada di atas angin, saat itu juga tinggalkanlah teater dan pergilah ke pinggiran Paris dengan taksimu.

Aku mengenal dengan baik wilayah itu. Di situ kau akan menyaksikan para seniman sepertimu. Mereka berakting lebih indah dan lebih menghayati daripada kamu.

Bedanya di situ tidak akan kau temukan gemerlap lampu seperti di teatermu. Ketahuliah bahwa selalu ada orang yang berakting lebih baik darimu.

Geraldine putriku, aku mengirimkan cek ini untukmu, belanjakanlah sesuka hatimu. Namun ketika kau ingin membelanjakan dua franc, berpikirlah bahwa franc ketiga bukan milikmu.

Itu adalah milik seorang miskin yang memerlukannya. Jika kau menghendakinya, kau dapat menemukan orang miskin itu dengan sangat mudah. Jika aku banyak berbicara kepadamu tentang uang, itu karena aku mengetahui kekuatan ‘anak setan' ini dalam menipu.....

Geraldine putriku, masih ada banyak hal yang akan aku ceritakan kepadamu, namun aku akan menceritakannya di kesempatan lain.

Dan aku akhiri suratku ini dengan,

"Jadilah manusia, suci dan satu hati, karena lapar, menerima sedekah, dan mati dalam kemiskinan, seribu kali lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki perasaan".

sumber : http://www.ingetbaikbaik.co.cc/2011/04/nasehat-paling-berharga-dari-mendiang.html